RENUNGAN HARIAN 6 AGUSTUS 2023, PESTA YESUS MENAMPAKKAN KEMULIAAN-NYA

Kalau kita perhatikan, perayaan dan Sabda Tuhan pada minggu ini masih sangat berkaitan dengan Pesan Sabda Tuhan pada Minggu Biasa ke-17 yang lalu. Kita ingat Yesus memberikan perumpamaan bahwa Kerajaan Surga seperti harta yang terpendam atau mutiara yang berharga yang ditemukan dan dicari orang. Lalu orang itu rela menjual harta miliknya untuk itu.

Kerajaan Surga adalah Kerajaan di mana kita semua manusia dimuliakan oleh Allah, mendapatkan ganjaran kemuliaan bersama dengan Kristus yang akan memerintah sebagai raja. Lalu bagaimana kita mencapai kemuliaan itu? Paulus membantu kita dengan refleksinya. Bahwa semua orang yang dipilih Allah, dipanggil-Nya untuk serupa dengan Anak-Nya. Semua orang yang dipanggil-Nya itu, mereka itu juga yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga yang dimuliakan-Nya (Rom 8:30). Kemuliaan dari Allah beda dengan kemuliaan duniawi. Kita bisa mencari dan mendapat kemuliaan dunia ini dengan kekuatan kita sendiri. Tapi yang lain ini beda. Kemuliaan seperti ini hanya bisa diberikan oleh Allah, tidak bisa kita gapai sendiri.

Sejak jatuh dalam dosa, manusia berada dalam kesalahan. Manusia tidak bisa membenarkan dirinya sendiri. Hanya Dia yang benar yang bisa membenarkan kesalahan itu. Sama seperti kalau kita ujian, ada jawaban kita yang salah. Siapa yang bisa membuat yang salah itu jadi benar, selain daripada dia yang tau jawaban yang benar?

Dengan kata lain, kemuliaan manusia dalam Kerajaan Surga hanya diberikan oleh Allah bagi mereka yang dibenarkan-Nya. Lalu bagaimana supaya kita dibenarkan-Nya? Hanya satu jalannya. MENJADI SERUPA DENGAN ANAK-NYA. 

Maka, kita dipanggil untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus. Itu yang dibenarkan Allah, pada saat yang sama itulah ganjaran kemuliaan kita.

Lewat Pesta hari ini, kemuliaan yang kita harapkan itu menjadi nyata. Kemuliaan Kristus seharusnya nampak secara metafisik – sesuai kitab Daniel – ketika Anak Manusia diserahkan kekuasaan dan kemuliaan sebagai raja. Tapi yang metafisik itu jadi nampak secara fisik sekarang, di sini, hari ini, di bumi di depan mata para saksi – Petrus, Yakobus Yohanes – dan kita yang mendengar kesaksian ini dan percaya.

St. Petrus sendiri memberi kesaksian dalam bacaan kedua. Ia menyaksikan sendiri bagaimana Yesus menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika suara dari Yang Mahamulia datang kepada-Nya dan mengatakan, “Inilah Anak yang kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.”

Kita meyakini kemuliaan kita dianugerahkan pada saat-Nya oleh Allah. Tapi di Gunung Tabor, Yesus menampakkan kemuliaan-Nya. Ini artinya Kemuliaan Yesus sudah ada bersama-Nya sejak semula, sekarang dan selamanya. Yesus tidak sama dengan kita. Dia bukan hanya manusia biasa.

Bahkan, Ia tetap mulia juga ketika harus menderita sengsara, wafat di kayu salib. Kemuliaan-Nya tidak pernah diambil oleh apapun, juga oleh kematian.

Dengan demikian, penampakkan Yesus ini menjadi penting – terutama bagi para murid-murid-Nya untuk mengharapkan kemuliaan yang sama. Menjadi semakin serupa dengan Kristus dalam perkataan dan pekerjaan. Menjadi serupa dengan Dia juga dalam kematian-Nya di salib sebagai jalan penyelamatan dan pengampunan dosa. Sebab penderitaan dan kematian bukan kebinasaan, tapi menjadi jalan menuju kemuliaan.

Sumber; kaj.or.id

Kirim Pesan
Komsos Weetabula
Saya Romo Tibur, Ketua. Apa yang bisa saya bantu?