KOMSOSWEETEBULA.COM – Puspas Keuskupan Weetebula kembali memberi kabar gembira bagi umat Keuskupan Weetebula dengan merilis film terbaru yaitu Fatamorgana Cinta Maria. Setelah Sayap Tersangkar sukses, kini Puspas menghadirkan kisah yang memukau dengan sentuhan budaya Sumba. Film ini tayang perdana ada Minggu malam kemarin (11 Februari 2024).
Selain launching film terbaru itu, Puspas juga menggelar acara gala dinner yang dihadiri oleh para pemeran film dan orang-orang yang terlibat di lokasi syuting. Hadir pula, beberapa imam muda dan perwakilan OMK (Orang Muda Katolik) dari beberapa paroki. Acara ini menjadi momen yang istimewa untuk menyaksikan film secara eksklusif dan mengapresiasi kerja keras seluruh tim yang berperan.
Fatamorgana Cinta Maria adalah film yang menghadirkan nuansa khas katolik dengan pesan-pesan moral yang baik bagi umat. Hal itu merupakan sebuah langkah dalam menjawab tantangan pastoral yang dihadapi oleh gereja dan diharapkan dapat memberikan inspirasi dan pemahaman yang lebih baik bagi umat katolik dan masyarakat pada umumnya. Film ini mengambil latar belakang budaya Sumba yang memukau dan penuh keindahan. Selain itu, film ini semakin istimewa dengan semua pemeran yang berasal dari anak-anak Sumba yang penuh talenta. Mereka berhasil membawa karakter-karakter dalam film ini dengan begitu mengesankan.
“Saya sangat bersyukur mendapat tawaran bermain film oleh Pater Simon. Ini merupakan film perdana saya. Saya juga merasa excited sekaligus terkejut dengan peran yang harus saya lakoni sebagai laki-laki kristen. Karena ada beberapa konflik dalam cerita yang sedikit menggelitik saya sebagai OMK yang juga aktif di gereja. Namun sebagai aktor saya harus tetap profesional dalam menjalankan peran saya. Semoga kisah yang diangkat dalam film ini menginspirasi kita semua, khususnya untuk orang muda,” ungkap Ansel Boy salah satu pemeran dalam film ini.
P. Simon Tenda, CSsR, selaku direktur Puspas dan sekaligus penanggung jawab film ini, mengungkapkan bahwa Film Fatamorgana Cinta Maria merupakan sebuah karya Puspas Keuskupan Weetebula dalam menjawab persoalan pastoral sekitar perkawinan campur beda gereja. Posisi Gereja katolik berdasarkan Kitab Hukum Kanonik memungkinkan untuk melayani perkawinan dengan kasus khusus seperti ini. Namun secara pastoral kita sering menjumpai intervensi keluarga secara adat yang memaksa pihak wanita harus mengalah. Dalam urusan adat seringkali kurang menghargai kebebasan pribadi dari pasangan yang hendak menikah akibatnya pasangan yang seperti ini tidak bahagia sampai akhir hidupnya.
Fatamorgana Cinta Maria hadir untuk mengangkat isu ini dengan harapan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya menghormati kebebasan individu dalam konteks perkawinan campur beda Gereja. Melalui cerita yang kuat, film ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan mengajak kita semua untuk mempertimbangkan pentingnya kebahagiaan dan kebebasan dalam membangun hubungan yang sehat dan harmonis. Dengan demikian, Puspas Keuskupan Weetebula berharap bahwa film ini dapat memberikan kontribusi positif dalam memperkuat pemahaman pastoral dan menghasilkan perubahan yang lebih baik dalam Gereja dan masyarakat.
“Selain untuk menyaksikan film Fatamorgana Cinta Maria, pertemuan ini juga sebagai kesempatan untuk bersyukur kepada Tuhan,” tambah P. Simon Tenda, CSsR. Puspas juga telah berhasil mendapatkan sertifikat tanah yang telah dirindukan bertahun-tahun. Hal ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan Puspas dan memberikan dorongan semangat bagi seluruh tim Puspas.
Film ini akan segera ditayangkan secara luas di berbagai paroki di Keuskupan Weetebula dan masyarakat pada umumnya. Jadi, jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan kisah menakjubkan Fatamorgana Cinta Maria dan merasakan keindahan kehidupan orang Sumba yang diperankan oleh putera-puteri daerah Sumba. Selamat dan sukses kepada semua yang terlibat dalam pembuatan film Fatamorgana Cinta Maria.
Penulis: T-Plus.
Editor: Krissma
Semangat slalu untuk PUSPAS Keuskupan Weetebula dalam mewartakan kabar suka cita bagi semua orang.
Jaya selalu Komsos Keuskupan Weetebula
Terima kasih Kak Ansel. GBU