2 Sam. 1:1-4. 11-12.19. 23-27
Mrk. 3:20-21
Yesus selalu berkeliling dari tempat yang satu ke tempat yang lain dan Ia telah melakukan banyak mujizat dan mengajar dengan kuasa yang luar biasa, sehingga banyak orang tertarik dan ingin melihat-Nya. Dalam bacaan suci hari ini, kita melihat bagaimana Yesus menjadi begitu terkenal sehingga orang-orang berkerumun di sekitar-Nya bahkan sampai mereka tidak dapat makan. Namun, reaksi keluarga-Nya terhadap popularitas-Nya sangatlah berbeda. Mereka datang untuk mengambil-Nya, karena mereka berpikir bahwa Ia tidak waras lagi.
Kisah singkat ini memberikan pesan bagi kita, tidak semua usaha dan niat baik kita berjalan lancar dan aman-aman saja. Ketika kita hidup dengan tujuan yang benar dan melakukan pekerjaan dengan baik, tak jarang kita menghadapi tantangan dan bahkan penolakan dari orang-orang terdekat kita. Keluarga Yesus, yang seharusnya mendukung dan memahami-Nya, justru meragukan-Nya. Mereka tidak memahami panggilan-Nya dan menganggap-Nya gila.
Namun, Yesus tetap setia pada panggilan-Nya dan terus berjalan dalam kebenaran-Nya. Ia tidak terpengaruh oleh penolakan dan keraguan orang lain. Ia tetap fokus pada tugas-Nya untuk menyelamatkan manusia dan memberitakan Kerajaan Allah. Yesus adalah teladan bagi kita untuk tetap teguh dalam iman dan tidak tergoyahkan oleh pendapat atau penilaian orang lain. Kita harus memprioritaskan kehendak Tuhan dalam hidup kita, meskipun itu berarti menghadapi tantangan atau penolakan.
Kemarin kita baru saja merenungkan tetang panggilan dan perutusan para murid Yesus. Seperti para rasul, kita semua yang menamakan diri sebagai pengikut Kristus senantiasa dipanggil dan diutus untuk mewartakan kebaikan serta kebenaran kepada banyak orang sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Yesus sendiri kepada kita. Rintangan pasti ada namun kasih harus menjadi dasar dalam seluruh pelayanan kita.
Kisah Daud dalam bacaan pertama hari ini, mengajak kita untuk memiliki hati yang lembut dan belas kasihan terhadap orang lain, bahkan mereka yang mungkin menjadi musuh kita. Daud menunjukkan contoh nyata tentang bagaimana mengasihi sesama manusia dan menghormati kehidupan yang telah berakhir. Ia tidak membiarkan kebencian atau dendam menguasai hatinya, tetapi ia memilih untuk menyampaikan ratapan yang indah sebagai ungkapan rasa hormat dan penghormatan.
Baik Yesus maupun Daud menghadapi situasi yang sulit dan mengalami penolakan atau kehilangan. Namun, mereka tetap teguh dalam iman dan menunjukkan kasih dan belas kasihan kepada orang lain. Mereka tidak membiarkan situasi atau pendapat orang lain mengubah prinsip-prinsip mereka. Mari kita mengikuti teladan Yesus dan Daud dan membiarkan iman dan kasih kita terus berkembang. Amin.
Mari bersaksi dan berbahagia sebagai orang yang beriman. Thank’s God It’s Today.